2. Belum menerima tanggung jawab atas kehidupan mereka
Orang semacam ini menggunakan energi kreatifnya untuk membuat dalih panjang lebar tentang kegagalannya meraih kemajuan. Mereka cenderung menyalahkan orang lain, lingkungan, situasi, atau apa saja asalkan bukan diri mereka sendiri, sebagai penyebab kegagalan mereka.
3. Punya perasaan bersalah dan tidak berharga yang berurat-akar dalam diri mereka
Orang yang pernah gagal dan merasa bersalah atau dibesarkan dalam lingkungan yang negatif akan merasa tidak berharga untuk mencapai prestasi tertentu. Mereka akan berkata, “Apa gunanya?”, “Saya tidak cukup baik”, dan sebagainya.
4. Tidak menyadari pentingnya impian
Hati-hatilah jika Anda dikelilingi oleh orang-orang yang sekadar ikut-ikutan dan tidak melangkah ke mana pun dalam hidup mereka. Jika tidak, Anda hanya akan mengikuti para pengikut dan tidak melangkah ke mana pun juga.
5. Tidak tahu cara menetapkan tujuan
Pasalnya, mereka tidak pernah menerima petunjuk yang benar tentang bagaimana caranya. Atau, lebih parah lagi, mereka merasa sudah tahu caranya, padahal salah. Hidup orang semacam ini sesungguhnya ada dalam bahaya besar.
6. Takut ditolak atau dikritik
Ketakutan ini bisa bersumber dari masa pertumbuhan kita di masa kecil. Mungkin pada masa itu, kita pernah gagal atau tidak berprestasi seperti yang diharapkan oleh orangtua kita yang kemudian mengkritik kita. Rasa sakit ini bisa terbawa terus hingga dewasa dan bisa menjadi penghalang kita.
Ketakutan ini juga bisa disebabkan karena saat kita menceritakan impian kita, kawan kita berusaha menganulirnya dan berusaha meyakinkan bahwa kita akan gagal. Oleh karena itu, simpanlah impian Anda sebagai rahasia pribadi. Jangan sembarang membaginya kepada orang lain, kecuali kepada orang yang mau mengerti, menghargai, dan membantu Anda mencapainya.
7. Mereka takut gagal
Inilah alasan paling dominan mengapa orang tidak membuat daftar impian mereka. inilah penghalang sukses paling besar dalam kehidupan orang dewasa. Inilah yang membuat orang tetap tinggal dalam zona kenyamanan yang sebenarnya tidak nyaman. Inilah sebabnya orang memilih “bermain aman” saja dan tidak berani mengambil risiko.
(dikutip dari buku Quantum Life Transformation - Pak Adi W Gunawan)